Masak
Karbit
Seminggu
yang lalu amak saya menebang pisang
di polak (kebun), pisang itu belum
terlalu tua. Tapi sudah ditebang. “lun
tuo nampak dek wak pisang mak de li de, ngapo copeknyan tobang e?” (sepertinya
pisang mak itu belum tua, mengapa cepat sekali ditebang?) saya bertanya kepada amak saya. Amak saya menjawab, “te lah, pogham dalam karbit ko”
(biarlah, nanti diperam/dimasak dalam karbit). Dua hari kemudian pisang
tersebut masak. Saya bingung! Pisang yang belum tua itu, kok bisa cepat sekali
masaknya kalau di karbit? Lalu uni
saya menggoreng pisang tersebut, dan saya memakannya, rasa pisang itu tidak
manis. Loh, kok seperti ini? Padahalkan kulitnya sudah menguning, pertanda
pisang sudah masak. Pisang masak biasanya manis. Tapi pisang ini masak, rasanya
tidak manis? Lalu uni saya menjawab, “namo e ye la masak karbit, masak taposo” (namanya
saja masak karbit, masaknya karena terpaksa)
Karbit
itu seperti tepung, berwarna putih dan berhawa panas, Kata amak saya, tapi amak
saya juga tidak tahu karbit terbuat dari apa. Yang ia tahu cara memasak
buah-buahan dengan menggunakan karbit. Caranya yaitu buahan dan karbit di
masukkan ke dalam suatu wadah yang tidak masuk angin. Diikat kuat dan rapat,
lalu dibiarkan. Dua hari kemudian dilihat buahan yang dimasukkan ke dalam
karbit itu apapun jenisnya pasti sudah masak. Gampang sekali kan?
Cerita
masak karbit mengingatkan saya dengan kondisi generasi muda kita saat ini. Melihat
dari bebarapa aspek, generasi muda (remaja) saat ini seperti dimasak dalam
karbit. Dan masyarakat seakan menyukai dan menerima saja. Menurut saya kita
tahu, tapi pura-pura tidak tahu dan bersikap acuh. Kita tahu hal itu tidak
baik, dan hasilnya juga tidak seperti yang diharapkan. Namun seakan tidak ada
kepedulian dan respon sebagai masyarakat dan para orangtua untuk menyadarkan
mereka bahwa yang mereka lakukan tidak baik untuk perkembangan mereka kelak.
Hal ini membuat mereka merasa sudah
memilih jalan yang benar dan diterima oleh oleh orangtua dan masyarakat
sekitarnya. Padahal tidak! Hal itu dapat membuat bangsa kita semakin terpuruk
jika kelak telah berada di tangan mereka. Generasi yang rusak akhlak dan
moralnya.
Contoh
pengamatan saya tentang beberapa remaja (keponakan saya) yang tengah mengalami
masa masa puber. Setiap waktu
luangnya sepulang sekolah hanya dihabiskan untuk berteleponan dengan mungkin
(sang kekasih atau temannya) atau jika tidak dihabiskan dengan internet,
facebook dan berkumpul dengan temannya, sibuk dengan cerita mengenai kekasih
atau orang yang ditaksirnya. Tidak ada niat untuk mengulang pelajaran atau
membantu orangtuanya. Begitu juga dengan cara berpakaiannya, setiap hari selalu
ingin memakai pakaian yang bagus, bahkan
gayanya, bedak atau kosmetiknya
terkadang sudah sama dengan ibunya, (Itu yang perempuan), lain lagi cerita
dengan remaja laki-laki, baru belasan tahun sudah menjadi seorang pencandu
rokok, bahkan mengkonsumsi rokok sehari sama banyak dengan ayahnya.
Bebapa
hal ini saya anggap luput dari pandangan orangtua, sebenarnya tidak. Hal ini
diketahui oleh para orangtua. Bahkan mereka merestui perbuatan anak-anaknya
tersebut. Tanpa mereka sadari itu akan merusak anak mereka kelak. Kita
seharusnya menyadari bahwa beberapa contoh hal yang saya kemukakan yang
dilakukan remaja saat ini dapat merusak fisik dan moral mereka nantinya. Masa
depan mereka masih panjang, dan mereka akan melalui hal itu setelah dewasa
nanti. Jadi jangan seperti masak karbit, hasilnya akan mengecewakan nantinya.
Para
orangtua hendaknya lebih memahami apa yang dibutuhkan anaknya di masa remaja.
Jangan hanya memfasilitasi saja, dan kita, baik itu guru, masyarakat, tetangga,
kakak dari mereka harus menasehati mereka agar berbuat dan bertingkah selayak
umurnya. Jangan mencoba dan melakukan hal yang dilakukan oleh orang dewasa
(negatif), dan media massa juga berperan penting dalam hal ini. Jangan
menyuguhkan hal negatif untu para remaja. Karena masa remaja adalah masa
transisi menuju dewasa, mereka memiliki kegemaran untuk mencoba-coba.
Selamatkan generasi muda kita, ini tanggungjawab kita semua. Jangan biarkan
nantinya mereka tumbuh dan berkembang seperti buah-buahan yang dimasak dalam
karbit. Masak, tapi tidak manis! Berkembang dan tumbuh, tapi tidak bermanfaat
dan merusak! (Era Susanti)