Bulan Suci Tinggal Nama
Bulan
ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bulan
dimana umat Islam berpuasa sebulan penuh, menahan lapar dan haus serta semua
hal yang membatalkan puasa dan menjauhi semua hal yang dapat mengurangi amalan
ibadah puasa. Bulan ramadhan merupakan kesempatan terindah bagi umat Muslim,
karena di bulan ramadhan kita diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan
menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan di bulan-bulan lainnya. Banyak
amalan-amalan sunnah yang ada di bulan ramadhan dan tidak kita jumpai di
bulan-bulan lain. Karena ALLAH tlah berjanji bagi mereka yang menjalankan
amalan-amalan ibadah di bulan ramadhan dengan ikhlas, ALLAH akan mensucikan
diri mereka kembali seperti bayi dan menghapus semua dosa-dosa yang telah
dilakukan di bulan-bulan atau tahun-tahun sebelumnya.
Dulu,
di zaman saisuak umat Muslim
benar-benar memanfaatkan moment bulan
suci ramadhan untuk mensucikan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan di masa
lampau. Ingat saya, sewaktu saya masih kecil ibu saya selalu menyuruh saya
puasa walaupun itu hanya setengah hari saja. Dan pada malam harinya ibu selalu
membawa saya ke Surau untuk melakukan sholat taraweh, surau penuh setiap
malamnya, dan keadaan itu berlanjut sampai akhir ramadhan. Dulu kalau tidak
puasa malu, namun jika dilihat dengan keadaan kita di era sekarang sungguh sangat jauh berbeda. Saat ini kita tidak lagi
menghargai datangnya bulan suci ramadhan. Bulan suci seakan hanya tinggal nama,
namun tlah hilang rasa. Karena banyak diantara kita tak lagi menghargai bulan
suci. Jangankan melakukan amalan-amalan yang disunnahkan. Puasa yang diwajibkan
saja banyak diantara kita yang enggan melakukannya.
Bisa
kita saksikan di tempat-tempat umum saat ini, banyak sekali diantara kita yang
seenaknya saja makan dan minum. Warung-warung makanan bebas buka di siang hari,
dan penuh dengan pengunjung. Tak ada lagi rasa malu kita jika tidak berpuasa,
rasa tenggang rasa dan saling menghargai seakan tlah luntur di dalam diri kita.
Begitu juga jika malam, di bulan suci ini seharusnya kita mengisi malam-malam
kita dengan sholat tarawih di mesjid dan tadarus Al-qur’an. Namun baru sepekan
ramadhan, banyak mesjid yang tlah kembali sunyi di tinggal penghuninya. Mesjid
yang sesak dengan jamaahnya di awal-awal ramadhan, seakan tlah kehilangan
pesonanya. Yang tertinggal hanya beberapa saf jamaah saja.
Para
pemuda lebih senang huru-hara di jalanan dan di tempat-tempat hiburan atau
nongkrong di rumah sambil BBM-an atau Chatting
di Warnet. Jika tidak, nongkrong bareng teman atau kekasih hati jauh lebih
menarik dari sholat tarawih atau tadarusan di mesjid. Sholat tarawih bagi
generasi muda hanya alasan untuk dapat keluar dari rumah. Dengan bermodalkan
sarung, peci atau mukena izin ke mesjidpun akan didapat dengan gampang. Namun
bukan mesjid yang di tuju, melainkan tempat tongkrongan favorit bersama teman atau kekasih hati.
Lain
cerita generasi muda, lain pula versi
orangtua. Biasanya pekan ke dua mesjid akan semakin kehilangan pesonanya,
karena yang hadir untuk sholat tarawih hanyalah beberapa orang tua/manula
karena mengikuti sholat empat puluh. Para orangtua punya alasan berbeda untuk
tidak ke mesjid. Yaitu sibuk membuat kue untuk lebaran, sungguh kita
benar-benar tlah kehilangan hati nurani. Lebaran sesungguhnya bukan matrealis seperti saat ini yang di
sambut dengan berbagai macam kue, berbagai macam model pakaian, sepatu, jilbab
dan mukena baru tak ketinggalan. Bukan itu sebenarnya, Lebaran merupakan
kemenangan bagi mereka yang berhasil membelenggu diri dengan amalan-amalan di
bulan suci ramadhan. Kemenangan bagi mereka yang berhasil menahan hawa nafsu
dan menghindar dari godaan setan yang terkutuk. Maka di Idul Fitri ALLAH
memberi kemenangan kepada meraka dengan menjadi suci kembali seperti bayi yang
baru dilahirkan.
Sebelum
ramadhan berakhir, mari manfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki diri kita.
Mari melakukan amalan-amalan yang dapat meningkatkan derajat kita di mata Sang
Pencipta, berharap meraih kemenangan di Idul Fitri nanti. Semoga amalan yang
kita lakukan di bulan ramadhan ini dapat menghapus segala dosa-dosa yang pernah
kita lakukan, dan ALLAH mensucikan kita kembali. Seperti kertas kosong yang
putih tanpa noda. Jangan biarkan bulan suci ini berlalu tanpa rasa, karena
belum tentu kita akan bertemu lagi dengan bulan suci berikutnya. Jangan
sia-siakan kesempatan ini, karena kita belum terlambat. Masih ada waktu, masih
ada kesempatan. Mari kembali intropeksi diri. Jika kita berjalan menuju ALLAH, maka ALLAH akan berlari menuju kita.Yakinlah!
(Era Susanti)