Sabtu, 13 Juli 2013

Akankah?



Bulan Suci Tinggal Nama
Bulan ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bulan dimana umat Islam berpuasa sebulan penuh, menahan lapar dan haus serta semua hal yang membatalkan puasa dan menjauhi semua hal yang dapat mengurangi amalan ibadah puasa. Bulan ramadhan merupakan kesempatan terindah bagi umat Muslim, karena di bulan ramadhan kita diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan di bulan-bulan lainnya. Banyak amalan-amalan sunnah yang ada di bulan ramadhan dan tidak kita jumpai di bulan-bulan lain. Karena ALLAH tlah berjanji bagi mereka yang menjalankan amalan-amalan ibadah di bulan ramadhan dengan ikhlas, ALLAH akan mensucikan diri mereka kembali seperti bayi dan menghapus semua dosa-dosa yang telah dilakukan di bulan-bulan atau tahun-tahun sebelumnya.
Dulu, di zaman saisuak umat Muslim benar-benar memanfaatkan moment bulan suci ramadhan untuk mensucikan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lampau. Ingat saya, sewaktu saya masih kecil ibu saya selalu menyuruh saya puasa walaupun itu hanya setengah hari saja. Dan pada malam harinya ibu selalu membawa saya ke Surau untuk melakukan sholat taraweh, surau penuh setiap malamnya, dan keadaan itu berlanjut sampai akhir ramadhan. Dulu kalau tidak puasa malu, namun jika dilihat dengan keadaan kita di era sekarang sungguh sangat jauh berbeda. Saat ini kita tidak lagi menghargai datangnya bulan suci ramadhan. Bulan suci seakan hanya tinggal nama, namun tlah hilang rasa. Karena banyak diantara kita tak lagi menghargai bulan suci. Jangankan melakukan amalan-amalan yang disunnahkan. Puasa yang diwajibkan saja banyak diantara kita yang enggan melakukannya.
Bisa kita saksikan di tempat-tempat umum saat ini, banyak sekali diantara kita yang seenaknya saja makan dan minum. Warung-warung makanan bebas buka di siang hari, dan penuh dengan pengunjung. Tak ada lagi rasa malu kita jika tidak berpuasa, rasa tenggang rasa dan saling menghargai seakan tlah luntur di dalam diri kita. Begitu juga jika malam, di bulan suci ini seharusnya kita mengisi malam-malam kita dengan sholat tarawih di mesjid dan tadarus Al-qur’an. Namun baru sepekan ramadhan, banyak mesjid yang tlah kembali sunyi di tinggal penghuninya. Mesjid yang sesak dengan jamaahnya di awal-awal ramadhan, seakan tlah kehilangan pesonanya. Yang tertinggal hanya beberapa saf jamaah saja.
Para pemuda lebih senang huru-hara di jalanan dan di tempat-tempat hiburan atau nongkrong di rumah sambil BBM-an atau Chatting di Warnet. Jika tidak, nongkrong bareng teman atau kekasih hati jauh lebih menarik dari sholat tarawih atau tadarusan di mesjid. Sholat tarawih bagi generasi muda hanya alasan untuk dapat keluar dari rumah. Dengan bermodalkan sarung, peci atau mukena izin ke mesjidpun akan didapat dengan gampang. Namun bukan mesjid yang di tuju, melainkan tempat tongkrongan favorit bersama teman  atau kekasih hati.
Lain cerita generasi muda, lain pula versi orangtua. Biasanya pekan ke dua mesjid akan semakin kehilangan pesonanya, karena yang hadir untuk sholat tarawih hanyalah beberapa orang tua/manula karena mengikuti sholat empat puluh. Para orangtua punya alasan berbeda untuk tidak ke mesjid. Yaitu sibuk membuat kue untuk lebaran, sungguh kita benar-benar tlah kehilangan hati nurani. Lebaran sesungguhnya bukan matrealis seperti saat ini yang di sambut dengan berbagai macam kue, berbagai macam model pakaian, sepatu, jilbab dan mukena baru tak ketinggalan. Bukan itu sebenarnya, Lebaran merupakan kemenangan bagi mereka yang berhasil membelenggu diri dengan amalan-amalan di bulan suci ramadhan. Kemenangan bagi mereka yang berhasil menahan hawa nafsu dan menghindar dari godaan setan yang terkutuk. Maka di Idul Fitri ALLAH memberi kemenangan kepada meraka dengan menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan.
Sebelum ramadhan berakhir, mari manfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki diri kita. Mari melakukan amalan-amalan yang dapat meningkatkan derajat kita di mata Sang Pencipta, berharap meraih kemenangan di Idul Fitri nanti. Semoga amalan yang kita lakukan di bulan ramadhan ini dapat menghapus segala dosa-dosa yang pernah kita lakukan, dan ALLAH mensucikan kita kembali. Seperti kertas kosong yang putih tanpa noda. Jangan biarkan bulan suci ini berlalu tanpa rasa, karena belum tentu kita akan bertemu lagi dengan bulan suci berikutnya. Jangan sia-siakan kesempatan ini, karena kita belum terlambat. Masih ada waktu, masih ada kesempatan. Mari kembali intropeksi diri. Jika kita berjalan menuju ALLAH, maka ALLAH akan berlari menuju kita.Yakinlah! (Era Susanti)