Penantian
Oleh :Era Susanti
Penantian,
ya. Pada hakikatnya hidup ini adalah sebuah penantian. Seorang pelajar menanti
kelulusan, seorang sakit menanti segera sembuh, pasangan calon pengantin cemas
menanti ijabqabulnya, para orangtua cemas menanti anaknya tumbuh dewasa, seraya
merenung “Apa yang akan terjadi pada
anak-anakku apabila dewasa kelak?” dan pastinya semua kita sedang menjalani
masa penantian sampai nyawa berpisah dari jasad kelak. Itulah yang menjadi
akhir dari penantian kita.
Februari
lalu hampir setiap harinya pulang kuliah, saya menghabiskan waktu saya di salah
satu rumah sakit yang ada di kota ini, karena Om saya dirawat di sana, beliau
menderita penyakit infeksi lambung dan Alhamdulillah,
meski sempat koma beberapa kali, berkat do’a dan semangatnya untuk sembuh dan
do’a kami semua beberapa hari yang lalu beliau sudah dinyatakan sembuh meskipun
belum sembuh total tetapi sudah diperbolehkan pulang.
Bercerita
sedikit mengenai pengalaman yang saya alami dan lihat selama menjalani
hari-hari di rumah sakit, setiap hari selalu ada jiwa- jiwa yang dijemput untuk
menghadap Sang Khaliq. Di kamar Om
saya, minimal setiap harinya ada 1 jiwa yang melayang bahkan terkadang lebih.
Kenyataan ini selalu diiringi derai airmata dari keluarga dan bahkan kami, yang
hanya kenal di rumah sakit juga larut dalam duka itu. Sedih, melihat mereka
yang terbaring tak berdaya dengan slang-slang
yang tersangkut di hidung, di mulut bahkan di tempat yang tidak sepantasnya,
setiap hari disuntik, diambil darahnya untuk kebutuhan laboratorium harus menyerah
jika Sang Pencipta tlah berkehendak
lain, maka ini akan mengundang jerit tangis orang-orang yang ditinggalkan.
Inilah takdir, Rahasia Ilahi yang tak seorangpun diantara kita tahu kapan
datangnya kematian. Kita hanya bisa menanti, tanpa tahu pasti kapan ia akan
menghampiri. Siap tidak siap, harus siap jika Allah tlah berkehendak. Innalillahi wa innailaihiraji’un....
Hampir
dua minggu ini saya kembali menghabiskan waktu saya setiap pulang kuliah dan
bermalam di rumah sakit. Seseorang yang sudah saya anggap ibu di sini, tengah
terbaring tak berdaya di salah satu rumah sakit. Sewaktu pertama kali datang
mengunjunginya, dan bertanya “ba’a bu,
bilo ibu di bao ka siko?” “ba’a lai
ra, ibu menunggu jemputan driver” jawabnya. Saya hanya tersenyum mendengar
jawabannya.
Ya!
Kita hanya bisa menanti kapan takdir Allah itu akan menghampiri kita, yang bisa
kita lakukan hanyalah mempersiapkan diri untuk menghadapinya jika tidak ingin
menyesal nantinya. Karena kita sudah diberi kesempatan dan waktu. Maka
manfaatkanlah kesempatan dan waktu yang diberikan itu dengan sebaik-baiknya.
Karena penantian ini, pasti akan berakhir dan tidak ada seorangpun yang bisa
bersembunyi darinya.
Tentang
penantian ini kapan akan berakhir? Jawabannya pasti diantara kita tidak ada
seorangpun yang tahu. Yang tahu hanyalah Dia Yang Maha Tahu. Kita hanya bisa
menerima bila ketetapan akhir penantian itu tiba. Meski kita tidak diberi tahu
kapan penantian panjang ini akan berakhir, tapi kita telah diberi petunjuk,
waktu dan kesempatan untuk menyambut akhir dari penantian itu. Karenanya mari
kita manfaatkan kesempatan dan waktu yang telah diberikan kepada kita. Jangan
biarkan penantian kita berakhir sia-sia.
Hidup
ini hanya sementara, hidup ini sesaat dan suatu hari nanti apa yang kita miliki
saat ini (kecantikan, harta, tahta dan kuasa) nantinya tidak akan mampu
menyelamatkan kita bila ketetapan Allah tentang akhir penantian ini tlah tiba,
jika kita tidak bisa memanfaatkannya seperti yang diinginkan oleh sang Maha
Pencipta dan hanya akan mencelakakan kita apabila kita menggunakan semua yang
kita punya terebut di jalan yang salah. Semasih ada kesempatan, mari kita
belajar kembali untuk memanfaatkannya ke jalan yang benar (jika selama ini kita
tlah beralih arah dariNYA) dan perbanyak (jika kita masih merasa di jalan yang
di arahkannya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar