Perusak Pabrik Otak
Bangsa
ini dapat dikatakan tengah dilanda persoalan utama yaitu krisis moral, dan
kebanyakan kita tidak menyadari itu sebagai sesuatu yang sangat berpengaruh
bagi peradaban bangsa dan jati diri atau identitas bangsa di mata dunia. Fenomena
yang sama sekali tidak bisa kita remehkan atau dipandang sebelah mata, karena
nasib bangsa ini yang akan menjadi taruhannya. Bila generasi bangsa ini miskin
akan keteladanan dan krisis moral, meskipun kecerdasannya patut dibanggakan.
Ini akan merugikan negara dan masyarakat, dan dapat membawa negara pada
kehancuran.
Bagaimana
jadinya, jika negara kita kelak benar-benar dipegang oleh generasi yang tidak
bermoral. Untuk mengatasi hal ini, tentu pendidikanlah yang menjadi harapan
utama sebagai investasi untuk masa yang akan datang dan menjadi satu-satunya
cara dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas (intelek,
berkarakter dan bermoral) yang berperan memajukan peradaban negara. Yang mana
akan menjadi Oase ditengah
keterpurukan. Lebih lanjut orang akan setuju untuk mengatakan bahwa dunia
pendidikan dapat diidentikan sebagai pabrik otak.
Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara demokrasi serta bertanggungjawab.
Namun untuk mewujudkan semua ini sangatlah susah. Pada realitanya tidak bisa
kita sangsikan dunia pendidikan kita tengah mengalami keterpurukan. Pendidikan
bangsa kita tertinggal jauh oleh negara-negara lain. Bahkan oleh negara
tetangga yang mana dulunya mereka belajar ke negara kita, sekarang fakta tlah
berubah. Pendidikan mereka tlah jauh lebih maju dari kita, dan sekarang keadaan
berbalik. Kita yang belajar kepada meraka.
Begitu banyak permasalahan yang
terjadi pada dunia pendidikan kita, masalah pokok pendidikan dihadapi bangsa
kita saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada satiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Kualitas pendidikan di
Indonesia saat ini bisa dikatakan sangat memprihatinkan. Pertama
bisa kita lihat pada masalah mendasar, yaitu kekeliruan paradigma pendidikan
yang mendasari keseluruhan penyelenggaraan sistem pendidikan. Kedua,
masalah-masalah cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek
praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti
mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik, rendahnya
kesejahteraaan guru, dan sebagainya.
Walhasil, jika pendidikan kita diumpamakan mobil,
mobil itu berada di jalan yang salah yang sampai kapan pun—tidak akan pernah
menghantarkan kita ke tempat tujuan. Di samping salah jalan, mobil itu
mengalami kerusakan dan gangguan teknis di sana-sini : bannya kempes, mesinnya,
bobrok, AC-nya mati, lampu mati, dan jendelanya rusak.
Pemerintah
dari tahun ke tahun selalu menaikkan anggaran pendidikan, bahkan anggaran
pendidikan jauh lebih besar dari anggaran belanja negara yang lainnya. Berbagai
upaya pun sudah dilakukan oleh pemerintah kita untuk mengatasi masalah
pendidikan tersebut. Namun hasilnya masih jauh dari harapan. Apa yang terjadi
sesungguhnya? Siapa yang pantas disalahkan untuk hal ini? Begitu banyak parasit
yang jika disebutkan satu-persatu tak cukup waktu untuk menghitungnya. Begitu
banyak oknum-oknum yang merusak pendidikan sebagai pabrik otak. Mungkin karena
kejujuran di negara kita yang katanya bangsa berbudaya dan beradab ini tlah
hilang. Keadilan tlah terbang bersama sang garuda.(Era Susanti)