Rezeki Dalam Genggaman Keyakinan
Saat
ini kita hidup di era dimana keyakinan banyak diuji. Keberanian sering
ditertawa-tawakan. Impian dan cita-cita banyak dipatah-patahkan. Kebaikan kerap
diabaikan. Namun tidak berarti keyakinan, keberanian, impian dan kebaikan itu
sudah menjadi barang usang yang tak laku lagi. Sebab ternyata, di sekitar kita
masih banyak orang tegar membangun semangat hidupnya di atas keyakinan dan
keberanian untuk menjadi. Berjuang senantiasa memegang teguh keyakinan bahwa
ada rezeki yang bisa diraih meskipun hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.
Rezeki
adalah kepastian yang di bungkus ketidakpastian. Pasti karena ada jaminan,
tidak pasti karena kita tidak pernah tahu berapa jumlah jaminan itu, apalagi
keseluruhannya. Ini berlaku untuk semua kita. Seperti apapun hari ini kita
menjadi. Atau seakan apapun hari esok kita berharap. Mungkin kita adalah para
pencari kerja, para pekerja, para pencari ilmu formal, atau para tukang
keliling yang mengais rezeki keseluruh pelosok negeri. Bahkan yang bekerja
rutin dengan gaji terjadwal tetap tidak akan tahu berapa sesungguhnya rezeki
kita. Ini sekali lagi tentang kepastian dalam balutan ketidakpastian.
Setiap
makhluk yang diciptakan Allah, dijamin oleh Allah rezekinya. Kita pasti diberi,
tapi tidak tahu pasti berapa dibagi. Antara pasti dan tidak pasti inilah yang
menciptakan ujian hidup. Kita bisa lulus atau sebaliknya kita gagal, lagi-lagi
ini berada dalam genggaman keyakinan. Karenanya kita harus memupuk keyakinan
dan keberanian, jangan pernah putus asa dalam menghadapi kegagalan. Jika
sesekali gagal itu hal lumrah, namun kita harus tetap berusaha dan yakin bahwa
sang pencipta tak akan menyia-nyiakan usaha kita.
Keyakinan
merupakan modal utama, keyakinan mampu membakar semangat untuk menjemput rezeki
yang belum jelas wujudnya. Keyakinan jugalah yang membuat kita mampu bertahan
hidup hingga saat ini. Keyakinan dan kegigihan mampu mengantarkan kita meraih
apa yang kita inginkan. Jangan pernah ragu dalam berusaha.
Keyakinan
adalah sifat fitrah manusia dan selalu ada dalam diri kita. Atas dasar
keyakinanlah kita melakukan usaha-usaha untuk membuktikan keyakinan tersebut,
dan hasil dari usaha keras itulah yang akan melahirkan dua hal, keberhasilan
atau kegagalan. Namun keyakinan tidaklah sekedar keyakinan. Keyakinan itu harus
diluruskan dan dikuatkan, jika kita mengharapkannya melahirkan keajaiban dalam
hidup dengan meneguhkan keyakinan bahwa Allah sang maha pengasih takkan pernah
menyia-nyiakan kita sebagai makhluknya. Sebab Allah adalah pemberi rezeki satu-satunya.
Keyakinanlah yang membuat kita selalu bergantung padanya, dan memotivasi kita
untuk rajin berusaha dan memohon padaNYA.
Setiap
kita memiliki jalur cerita dari drama tentang rezeki itu. Tarik ulur antara
motivasi, optimisme, harapan untuk sukses, dengan apa yang kita sebut jatah
rezeki kita, itulah yang membentuk dinamis atau tidaknya jalan hidup kita. Mari
belajar melakukan berbagai cara agar ilmu kita tentang mencari rezeki terus
meningkat, bertambah, semakin cerdas. Ilmu juga yang mengajarkan kita
efisiensi, maksimalisasi, efektifitas, dan seterusnya. Itu akan memperkaya
definisi kita tentang pemanfaatan rezeki. Tapi sekali lagi ini tidak merubah
fakta bahwa Allah yang memutuskan apakah kita diberi banyak atau diberi
sedikit. Tetaplah berpegang teguh terhadap keyakinan dan jangan pernah putus
asa, dan jangan pernah lelah berusaha, biarlah lelah mengejar kita sampai
lelah. (Era Susanti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar