Rabu, 19 September 2012

ini diriku apa adanya.....


TentangQu : Era Susanti
Terlahir dari keluarga biasa membawaku pun tumbuh menjadi gadis biasa, rahim Ibunda Maryati yang tlah mengantarkanku ke dunia ini, buah cintanya bersama ayahanda Sukardi. Bundaku adalah power untuk hidupku, namun sosok ayahanda tlah usang di hatiku. Pria itu bagiku hanya tinggal bayangan semu, keberadaannya antara ada dan tiada. Ya, hanya ibuku yang ku tahu hingga saat ini membanting tulaang untuk mempertahankan keberadaanku di dunia ini. Ayah? Jika kalian bertanya tentang ayahku, maka aku akan menjawab, dia tak nampak lagi di mataku. Meski sesungguhnya dia masih ada, namun tlah lama sekali aku tak rasakan keberadaannya. Aku haus akan kasih sayangnya, aku merindukan semua tentang sosoknya, namun mungkin ia tlah pusarakan semua tentang aku dalam hidupnya. Menamatkan studi awal di SD N 11 Bukit Bajang, Kec. Koto Baru Dharmasraya, menjadi titik awal langkahku di dunia pendidikan. Setelah menamatkan studi di SD selama 6 tahun, aku melanjutkan studi ke SMP 2 Koto Baru Dharmasraya dan sukses menyelesaikan studiku di sana selama 3 tahun, kemudian dengan semangat yang menggebu untuk melanjutkan studiku diRidhoi oleh Sang Khalik. Aku kembali dapat melanjutkan studi, meski kehidupan keluargaku jauh dari kata cukup dan sangat apa adanya, yang hanya dikepalai oleh ibuku, janda beranak 4, seorang petani karet yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Itu pun dengan lauk yang sebulan sekali jarang makan daging. tahu, tempe, ikan asin dan pucuk ubi seakan menjadi menu favorit. ya! keadaan yang memaksa semua itu menjadi menu favorit, dari pada tidak makan. Toh untuk tetap bertahan hidup, perut harus tetap diisi.  Dengan hasil jerih payah ibuku, akupun berhasil menamatkan studi di SMA N 1 Koto Baru Dharmasraya selama 3tahun.
Aku adalah sosok pemimpi besar, setelah tamat SMA. Aku kembali bermimpi untuk dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Namun mimpi itu hampir saja ku kubur, karena rasanya itu mustahil bagiku, sebab kehidupan keluargaku yang susah, ya! Hidup keluargaku memang susah, untuk dapat menamatkan SMA saja itu sudah sangat susah, setiap kali musim pembayaran SPP. Ibuku harus meminjam ke sana kemari, karena itu rasanya tak mungkin aku bisa kuliah. Tapi keinginanku sangat kuat untuk dapat kuliah, dengan modal keyakinan. Aku ungkapkan mimpi itu pada ibuku, saat itu ibuku punya tabungan uang hasil panen duku. Aku yakin, Tuhan akan beri aku kesempatan untuk dapat kuliah. Dengan keyakinan dan keinginan yang membara, berbagai cara kulakukan untuk meyakinkan ibuku. Mulai dari merengek, merajuk, hingga menangis memohon agar ibuku meng iyakan keinginanku untuk kuliah. Karena tak tegah melihatku, akhirnya ibuku bilang, aku boleh kuliah jika lulus di Perguruan Tinggi Negeri, tapi jika di Perguruan Tinggi Swasta ibu minta maaf padaku. Karena tak mungkin ia bisa menguliahkan aku di perguruan tinggi swasta karena biaya pendidikannya yang sangat mahal. Dan ibuku yang miskin itu takkan sanggup, akupun sadar diri. Tak ingin menyiakan kesempatan itu, esoknya dengan gelora jiwa yang membuncah aku pergi membeli formulir PTN, tak tanggung. Untuk memperlebar kesempatan aku membeli dua formulir jalur masuk PTN. Formulir Jalur SPMB-UMB dan formulir SNMPTN, aku sangat yakin bahwa 1 bangku di PTN telah disiapkan oleh ALLAH untukku. Dan lagi-lagi Sang Khalik melihat kesungguhanku. Aku lulus seleksi yang pertama, yaitu SPMB-UMB di perguruan tinggi negeri yang menjadi pilihanku, pilihan pertama Universitas Negeri Padang dengan program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah.
Dengan berlinang airmata bahagia, aku sampaikan kabar itu pada ibuku. Dan ibuku pun menangis terharu menyambut kelulusanku. Aku dapat menangkap dua makna yang tersirat dari tangisannya tersebut, pertama ia bahagia karena aku lulus, sebab dari kabar burung yang ku dengar saat itu di sekolahku yang lulus SPMB-UMB hanya 1 orang, dan itu Era Susanti. Itu adalah diriku, sang Lilin kecil yang berharap mampu menerangi setiap sudut gelap dalam  keluarganya. Makna kedua yang ku tangkap dari tangisan ibuku ialah, ketakutannya tidak dapat mewujudkan mimpiku. Ketakukannya tidak dapat mengantarkanku sampai tamat di bangku kuliah. Sebelum memutuskan membaranikan diri untuk kuliah. Aku tlah memikirkan banyak kemungkinan, dan resiko terbesar jika ibuku tak mampu menguliahkan aku sampai tamat, aku akan berhenti atau cuti dulu untuk bekerja. Ya, itu yang dikatakan ibuku dulu, “ koq dakdo li piti tuk kuliah suk, li dak malun dek ughang bonti, balek kamaghi lek de?” dengan pasti ku jawab perkataan ibuku, “tidak!” dan keputusanku tlah bulat, bahwa aku harus kuliah. Sebab menurutku bahwa ini satu-satunya cara untukku kelak dapat menjadi penopang dalam keluargaku.
Dan saat ini teman, aku telah memasuki tahun ketiga. Aku telah menyelesaikan dua tahun kuliah. Aku tlah berada di pertengahan jalan, meski badai tak henti menghadang. Aku takkan pernah mundur, bagiku hidup adalah perjuangan, hidup adalah resiko. Dan aku bukan tipe orang yang mudah menyerah, tak ada dalam kamus hidupku kata putus asa. Aku akan menyongsong gelombang yang hendak menerjangku. Karena aku yakin, bahwa Allah selalu bersamaku. Sang penguasa langit dan bumi takkan pernah menyia-nyiakanku jika aku tak keluar dari rel yang telah ia tentukan.
Insyaallah, jika sang maha kuasa mengizinkan. Dua tahun lagi aku akan menamatkan studi S1 ku, semoga diberi kemudahan olehNYA. Berbicara tentang kegilaanku, terlalu banyak hal-hal yang mungkin menurut sebagian orang itu adalah kebodohan. Tapi aku sungguh menggilainya, aku terlalu berani menghayalkan hal-hal yang besar dan terkadang dengan PD overdosis aku proklamasikan pada teman-temanku. Ya, terlalu banyak hal yang ku mimpikan. Namun aku tak memaksakannya untuk hadir di hidupku. Aku yang memiliki hobi menulis, sering menuliskan coretan-coretan mimpiku. Baik itu di HP, di kertas kecil, di belakang buku catatan kuliahku, di dinding kamar kos ku, dan masih banyak tempat-tempat lain yang ku tuliskan mimpi-mimpiku. Dan kebiasaan gilaku ini, yang sering menjadi bahan tertawaan teman-temanku terhadap diriku. Namun tak mengapa bagiku, sebab menurutku itu salah satu cara selain berusaha memperlihatkan kesungguhanku kepada Sang maha pengasih. Satu pegangan hidupku, apapun bisa kita raih dengan keyakinan dan usaha. Insyaallah! Aku yang berasal dari keluarga broken home, lama tak dapatkan kasih sayang dari orangtuaku. Namun itu sama sekali tidak membuatku prustasi, aku mampu memotivasi diri sendiri. Dan bagiku, motivasi dari siapapun tidak akan ada artinya jika tidak ada keinginan dari hati dan diri sendiri untuk berubah. Aku suka memotivasi diri sendiri, aku mau menerima motivasi dari orang lain, Dan aku juga sangat suka memotivasi orang lain, karena hobi menulis, melalui tulisan aku selalu mencoba untuk memotivasi orang lain. Karena semenjak akhir tahun lalu, tepatnya november aku mulai mencoba memasukkan tulisanku ke media, dan Alhamdulillah sampai saat ini tulisanku masih sering dilirik oleh koran SINGGALANG, salah satu media cetak terbesar di Sumatera Barat. Jika tidak tiap minggu, Insyaallah dalam sebulan kalian bisa menemui tulisanku di Edisi Minggu. Sebab hanya edisi minggu yang memuat tulisan mahasiswa. Terimakasih SINGGALANG...
Termotivasi karena tulisanku mulai dilirik media, aku pun kembali merangkai mimpi. Namun aku kurang yakin dengan mimpi ini. Aku ingin menjadi penulis terkenal teman. Bisakah? Insyaallah, bantu do’anya teman. Selain itu aku juga sangat ingin melanjutkan studiku, S2 pada program Sastra Indonesia. Namun kembali lagi, aku harus sadar diri. Dari mana ibuku dapatkan uang, hm... itu jika aku nanti sudah bekerja dech, gak boleh lagi minta uang dari ibu. Setelah tamat S1 tidak boleh lagi mengemis uang pada ibu, jika tak dapat memberi setidaknya jangan lagi meminta. Teman, kegilaanku ini tidak sepenuhnya gila. Dulu aku menuliskan bahwa aku harus dapat beasiswa, dan Alhamdulillah aku dapat beasiswa. Aku menuliskan harus membeli laptop dengan uang sendiri, dan Alhamdulillah aku bisa membeli Laptop dengan uang sendiri. Teman, Aku menuliskan kuliah di universitas negeri, dan Allahdulillah aku kuliah di universitas negeri. Aku menuliskan Tulisanku akan dimuat SINGGALANG, dan Alhamdulillah tulisanku di muat. Aku menuliskan ingin membelikan ibuku Mukena dengan uang hasil honor tulisanku, dan  aku bisa membelikan sendal, baju, celana, jilbab, songkok, dan mukena untuk ibuku dengan uang honor dari SINGGALANG. Terimakasih SINGGALANG.... dan masih banyak hal-hal yang ku tuliskan dikabulkan oleh ALLAH.
So, mulailah menuliskan mimpi-mimpimu teman. Karena ALLAH akan melihatnya, jangan pernah takut bermimpi. Tuliskanlah,,, sebab fitrah manusia pelupa, dapat menghapuskan mimpi-mimpi itu dari ingatan kita. Ups, menuliskan mimpi tidak sekedar ditulis dan dibiarkan di atas kertas, tapi dengan berusaha sekuat tenaga dan berdo’a kepada ALLAH. Seperti tulisan Era yang pernah dimuat singgalang, Mimpikan, Khayalkan, Nyata-kan dan D.U.I.T (do’a. Usaha, ikhtiar, tawakal). Mau sukses? Harus punya banyak duit,ok?
Hmmm......... ada hal yang tidak saya exposs di sini, yaitu kisah asmara saya. Ada yang mau tahu? Tunggu di edisi selanjutnya. Okke? Wkwkwkwkwkwk......:p
Tentang Penulis: Era Susanti, Lahir di Koto Baru 20 Desember  1991. Berasal dari Seberang Piruko, Kec. Koto Baru, Kab. Dharmasraya. Sekarang bergiat di Padang, Menimba ilmu di Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah Universitas Negeri Padang. e-mail: cecebelu_ajee@yahoo.co.id, Blog: Era Susanti Dm- Untaian Kata Penuh Makna. Motto: Fokus pada tujuan hidup tanpa memikirkan hal-hal yang melemahkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar