TentangQu : Era Susanti
Terlahir dari keluarga
biasa membawaku pun tumbuh menjadi gadis biasa, rahim Ibunda Maryati yang tlah
mengantarkanku ke dunia ini, buah cintanya bersama ayahanda Sukardi. Bundaku
adalah power untuk hidupku, namun sosok ayahanda tlah usang di hatiku. Pria itu
bagiku hanya tinggal bayangan semu, keberadaannya antara ada dan tiada. Ya,
hanya ibuku yang ku tahu hingga saat ini membanting tulaang untuk
mempertahankan keberadaanku di dunia ini. Ayah? Jika kalian bertanya tentang
ayahku, maka aku akan menjawab, dia tak nampak lagi di mataku. Meski
sesungguhnya dia masih ada, namun tlah lama sekali aku tak rasakan
keberadaannya. Aku haus akan kasih sayangnya, aku merindukan semua tentang
sosoknya, namun mungkin ia tlah pusarakan semua tentang aku dalam hidupnya.
Menamatkan studi awal di SD N 11 Bukit Bajang, Kec. Koto Baru Dharmasraya,
menjadi titik awal langkahku di dunia pendidikan. Setelah menamatkan studi di
SD selama 6 tahun, aku melanjutkan studi ke SMP 2 Koto Baru Dharmasraya dan sukses
menyelesaikan studiku di sana selama 3 tahun, kemudian dengan semangat yang
menggebu untuk melanjutkan studiku diRidhoi oleh Sang Khalik. Aku kembali dapat
melanjutkan studi, meski kehidupan keluargaku jauh dari kata cukup dan sangat
apa adanya, yang hanya dikepalai oleh ibuku, janda beranak 4, seorang petani
karet yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Itu pun dengan lauk
yang sebulan sekali jarang makan daging. tahu, tempe, ikan asin dan pucuk ubi
seakan menjadi menu favorit. ya! keadaan yang memaksa semua itu menjadi menu
favorit, dari pada tidak makan. Toh untuk tetap bertahan hidup, perut harus
tetap diisi. Dengan hasil jerih payah
ibuku, akupun berhasil menamatkan studi di SMA N 1 Koto Baru Dharmasraya selama
3tahun.
Aku adalah sosok
pemimpi besar, setelah tamat SMA. Aku kembali bermimpi untuk dapat melanjutkan
studi ke perguruan tinggi. Namun mimpi itu hampir saja ku kubur, karena rasanya
itu mustahil bagiku, sebab kehidupan keluargaku yang susah, ya! Hidup
keluargaku memang susah, untuk dapat menamatkan SMA saja itu sudah sangat
susah, setiap kali musim pembayaran SPP. Ibuku harus meminjam ke sana kemari,
karena itu rasanya tak mungkin aku bisa kuliah. Tapi keinginanku sangat kuat
untuk dapat kuliah, dengan modal keyakinan. Aku ungkapkan mimpi itu pada ibuku,
saat itu ibuku punya tabungan uang hasil panen duku. Aku yakin, Tuhan akan beri
aku kesempatan untuk dapat kuliah. Dengan keyakinan dan keinginan yang membara,
berbagai cara kulakukan untuk meyakinkan ibuku. Mulai dari merengek, merajuk,
hingga menangis memohon agar ibuku meng iyakan keinginanku untuk kuliah. Karena
tak tegah melihatku, akhirnya ibuku bilang, aku boleh kuliah jika lulus di
Perguruan Tinggi Negeri, tapi jika di Perguruan Tinggi Swasta ibu minta maaf
padaku. Karena tak mungkin ia bisa menguliahkan aku di perguruan tinggi swasta
karena biaya pendidikannya yang sangat mahal. Dan ibuku yang miskin itu takkan
sanggup, akupun sadar diri. Tak ingin menyiakan kesempatan itu, esoknya dengan
gelora jiwa yang membuncah aku pergi membeli formulir PTN, tak tanggung. Untuk
memperlebar kesempatan aku membeli dua formulir jalur masuk PTN. Formulir Jalur
SPMB-UMB dan formulir SNMPTN, aku sangat yakin bahwa 1 bangku di PTN telah
disiapkan oleh ALLAH untukku. Dan lagi-lagi Sang Khalik melihat kesungguhanku.
Aku lulus seleksi yang pertama, yaitu SPMB-UMB di perguruan tinggi negeri yang
menjadi pilihanku, pilihan pertama Universitas Negeri Padang dengan program studi
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah.
Dengan berlinang
airmata bahagia, aku sampaikan kabar itu pada ibuku. Dan ibuku pun menangis
terharu menyambut kelulusanku. Aku dapat menangkap dua makna yang tersirat dari
tangisannya tersebut, pertama ia bahagia karena aku lulus, sebab dari kabar
burung yang ku dengar saat itu di sekolahku yang lulus SPMB-UMB hanya 1 orang,
dan itu Era Susanti. Itu adalah diriku, sang Lilin kecil yang berharap mampu
menerangi setiap sudut gelap dalam
keluarganya. Makna kedua yang ku tangkap dari tangisan ibuku ialah,
ketakutannya tidak dapat mewujudkan mimpiku. Ketakukannya tidak dapat
mengantarkanku sampai tamat di bangku kuliah. Sebelum memutuskan membaranikan
diri untuk kuliah. Aku tlah memikirkan banyak kemungkinan, dan resiko terbesar
jika ibuku tak mampu menguliahkan aku sampai tamat, aku akan berhenti atau cuti
dulu untuk bekerja. Ya, itu yang dikatakan ibuku dulu, “ koq dakdo li piti tuk
kuliah suk, li dak malun dek ughang bonti, balek kamaghi lek de?” dengan pasti
ku jawab perkataan ibuku, “tidak!” dan keputusanku tlah bulat, bahwa aku harus
kuliah. Sebab menurutku bahwa ini satu-satunya cara untukku kelak dapat menjadi
penopang dalam keluargaku.
Dan saat ini teman, aku
telah memasuki tahun ketiga. Aku telah menyelesaikan dua tahun kuliah. Aku tlah
berada di pertengahan jalan, meski badai tak henti menghadang. Aku takkan
pernah mundur, bagiku hidup adalah perjuangan, hidup adalah resiko. Dan aku
bukan tipe orang yang mudah menyerah, tak ada dalam kamus hidupku kata putus
asa. Aku akan menyongsong gelombang yang hendak menerjangku. Karena aku yakin,
bahwa Allah selalu bersamaku. Sang penguasa langit dan bumi takkan pernah
menyia-nyiakanku jika aku tak keluar dari rel yang telah ia tentukan.
Insyaallah, jika sang
maha kuasa mengizinkan. Dua tahun lagi aku akan menamatkan studi S1 ku, semoga
diberi kemudahan olehNYA. Berbicara tentang kegilaanku, terlalu banyak hal-hal
yang mungkin menurut sebagian orang itu adalah kebodohan. Tapi aku sungguh menggilainya,
aku terlalu berani menghayalkan hal-hal yang besar dan terkadang dengan PD
overdosis aku proklamasikan pada teman-temanku. Ya, terlalu banyak hal yang ku
mimpikan. Namun aku tak memaksakannya untuk hadir di hidupku. Aku yang memiliki
hobi menulis, sering menuliskan coretan-coretan mimpiku. Baik itu di HP, di
kertas kecil, di belakang buku catatan kuliahku, di dinding kamar kos ku, dan
masih banyak tempat-tempat lain yang ku tuliskan mimpi-mimpiku. Dan kebiasaan
gilaku ini, yang sering menjadi bahan tertawaan teman-temanku terhadap diriku.
Namun tak mengapa bagiku, sebab menurutku itu salah satu cara selain berusaha memperlihatkan
kesungguhanku kepada Sang maha pengasih. Satu pegangan hidupku, apapun bisa
kita raih dengan keyakinan dan usaha. Insyaallah! Aku yang berasal dari
keluarga broken home, lama tak dapatkan kasih sayang dari orangtuaku. Namun itu
sama sekali tidak membuatku prustasi, aku mampu memotivasi diri sendiri. Dan
bagiku, motivasi dari siapapun tidak akan ada artinya jika tidak ada keinginan
dari hati dan diri sendiri untuk berubah. Aku suka memotivasi diri sendiri, aku
mau menerima motivasi dari orang lain, Dan aku juga sangat suka memotivasi
orang lain, karena hobi menulis, melalui tulisan aku selalu mencoba untuk
memotivasi orang lain. Karena semenjak akhir tahun lalu, tepatnya november aku
mulai mencoba memasukkan tulisanku ke media, dan Alhamdulillah sampai saat ini
tulisanku masih sering dilirik oleh koran SINGGALANG, salah satu media cetak
terbesar di Sumatera Barat. Jika tidak tiap minggu, Insyaallah dalam sebulan
kalian bisa menemui tulisanku di Edisi Minggu. Sebab hanya edisi minggu yang
memuat tulisan mahasiswa. Terimakasih SINGGALANG...
Termotivasi karena
tulisanku mulai dilirik media, aku pun kembali merangkai mimpi. Namun aku
kurang yakin dengan mimpi ini. Aku ingin menjadi penulis terkenal teman.
Bisakah? Insyaallah, bantu do’anya teman. Selain itu aku juga sangat ingin
melanjutkan studiku, S2 pada program Sastra Indonesia. Namun kembali lagi, aku
harus sadar diri. Dari mana ibuku dapatkan uang, hm... itu jika aku nanti sudah
bekerja dech, gak boleh lagi minta uang dari ibu. Setelah tamat S1 tidak boleh
lagi mengemis uang pada ibu, jika tak dapat memberi setidaknya jangan lagi
meminta. Teman, kegilaanku ini tidak sepenuhnya gila. Dulu aku menuliskan bahwa
aku harus dapat beasiswa, dan Alhamdulillah aku dapat beasiswa. Aku menuliskan
harus membeli laptop dengan uang sendiri, dan Alhamdulillah aku bisa membeli
Laptop dengan uang sendiri. Teman, Aku menuliskan kuliah di universitas negeri,
dan Allahdulillah aku kuliah di universitas negeri. Aku menuliskan Tulisanku
akan dimuat SINGGALANG, dan Alhamdulillah tulisanku di muat. Aku menuliskan
ingin membelikan ibuku Mukena dengan uang hasil honor tulisanku, dan aku bisa membelikan sendal, baju, celana,
jilbab, songkok, dan mukena untuk ibuku dengan uang honor dari SINGGALANG.
Terimakasih SINGGALANG.... dan masih banyak hal-hal yang ku tuliskan dikabulkan
oleh ALLAH.
So, mulailah menuliskan
mimpi-mimpimu teman. Karena ALLAH akan melihatnya, jangan pernah takut
bermimpi. Tuliskanlah,,, sebab fitrah manusia pelupa, dapat menghapuskan
mimpi-mimpi itu dari ingatan kita. Ups, menuliskan mimpi tidak sekedar ditulis
dan dibiarkan di atas kertas, tapi dengan berusaha sekuat tenaga dan berdo’a
kepada ALLAH. Seperti tulisan Era yang pernah dimuat singgalang, Mimpikan,
Khayalkan, Nyata-kan dan D.U.I.T (do’a. Usaha, ikhtiar, tawakal). Mau sukses?
Harus punya banyak duit,ok?
Hmmm......... ada hal
yang tidak saya exposs di sini, yaitu kisah asmara saya. Ada yang mau tahu? Tunggu
di edisi selanjutnya. Okke? Wkwkwkwkwkwk......:p
Tentang Penulis: Era Susanti, Lahir di Koto Baru 20
Desember 1991. Berasal dari Seberang
Piruko, Kec. Koto Baru, Kab. Dharmasraya. Sekarang bergiat di Padang, Menimba
ilmu di Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Dan Daerah Universitas Negeri
Padang. e-mail: cecebelu_ajee@yahoo.co.id, Blog: Era Susanti Dm- Untaian Kata Penuh Makna. Motto: Fokus
pada tujuan hidup tanpa memikirkan hal-hal yang melemahkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar