Jumat, 22 Juni 2012

Seuntai Harapan- izinkan mereka bermimpi


Badai Airmata di Musim Pembayaran SPP

Berakhirnya UAS(ujian akhir semester) adalah tanda masuknya semester baru. Sebelum proses pendidikan dilanjutkan, setiap peserta didik wajib membayar kewajibannya yaitu yang dikenal dengan biaya pendidikan atau disebut SPP. Kecuali sekolah yang masuk dalam daftar WAJAR(wajib belajar) 9 tahun, yaitu Sekolah Dasar(SD) dan Sekolah Menengah Pertama(SMP). Kedua sekolah ini bebas dari SPP, namun tetap ada iuran pengganti dengan nama lain. Seperti uang komite, uang ekstrakurikuler, uang pembangunan, dan masih banyak lagi nama iuran lainnya. Hanya saja katanya SPP dibebaskan, sekolah gratis. Tapi tetap bayar.
Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu problem yang menghambat terwujudnya tujuan pendidikan nasional, penyebab terbesar banyaknya anak yang harus putus sekolah. Realita kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia yang sebagian besar bertaraf hidup ekonomi menengah dan rendah. Banyak sekali rakyat miskin di negeri yang kata pemerintah negeri subur dan kaya raya ini. Namun rakyatnya hidup menderita sejak dahulu kala. 
Meskipun demikian, dibanding dulu Indonesia memang sedikit telah berubah, ya sedikit saja perubahan kearah kebaikannya namun tak terhitung jumlah perubahan kearah keburukannya. Sekarang sepertinya pemerintah cukup tanggap mengupayakan kemajuan pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari program WaJar yang saya sebut di atas tadi, kemudian adanya berbagai bentuk beasiswa dan juga ada program pendidikan nonformal, semiformal, dan berbagai bentuk pendidikan di lembaga formal.
Kemudian besarnya anggaran pendidikan dibandingkan dengan anggaran negara yang lain. Adanya berbagai jalur beasiswa yang diberikan pemerintah maupun perusahaan swasta, namun hal ini tidak dapat dinikmati oleh semua masyarakat Indonesia. Mungkin karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan masih banyaknya wilayah indonesia yang masih dikategorikan daerah terorisilir. Hal ini disebabkan ketidak sanggupan pemerintah menahan lajunya pertumbuhan penduduk dan pemerataan sehingga munculnya berbagai permasalahan pendidikan yang menghambat terwujudnya tujuan pendidikan nasional, mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadikan manusia Indonesia menjadi manusia seutuhnya.
Berangkat dari semua ini, banyaknya anak-anak dari keluarga miskin yang mempunyai keinginan yang besar untuk melanjutkan pendidikan, namun keinginan itu terkadang harus mereka kubur dalam-dalam, dan dibiarkan menjadi mimpi yang tak tidur karena ketidaksanggupan untuk membayar biaya pendidikan yang begitu mahal. Padahal mereka memiliki kemampuan dan mimpi yang besar untuk dapat merubah nasib dan kehidupan keluarganya. Namun apa daya.....” sudahlah nak, lebih baik membantu ayah dan ibu mencari uang, agar kita tetap bisa bertahan hidup ” Mengiris sekali kenyataan ini!
Padahal pemerintah sudah menganggarkan dana yang cukup besar untuk membantu masyarakat dan anak-anak dari keluarga miskin yang ingin melanjutkan pendidikan. Berbagai bentuk beasiswa yang begitu banyak, namun adanya pihak-pihak yang melencengkan anggaran dana tersebut, dan ada juga yang tidak mengalir sesuai dengan seharusnya. Merajalela dan membudayanya KKN dikalangan pejabat negeri, merampas hak mereka yang semestinya menikmati hak mereka tersebut.
Mereka yang seharusnya tidak pantas menerima beasiswa untuk anak miskin karena berasal dari keluarga yang berkecukupan, bisa berpoya-poya dengan uang beasiswa yang seharusnya menjadi hak dan pembesar hati anak si miskin (kecuali beasiswa prestasi) karena mungkin” ayah, ibu, tante, om, kakak, atau famili “ nya merupakan salah satu staf yang berpengaruh di lembaga pendidikan yang mana tempat ia menuntut ilmu. Secara tidak langsung kesempatan untuk anak si miskin lenyap. Di sisi lain, anak si miskin yang begitu berharap untuk mendapat beasiswa agar mampu membendung badai airmata yang selalu turun di pelupuk matanya dan orangtuanya saat musim pembayaran biaya pendidikan atau SPP, meminjam ke sana- ke mari untuk tetap dapat membayar uang SPP anaknya.
Izinkan mereka untuk mengenyam pendidikan, bantu mereka bapak-ibu...jangan biarkan lagi mereka menangis. Jangan biarkan lagi mereka berkeliaran di jalanan. Berikan hak mereka karena mereka juga Sang Garuda, mereka adalah penopang masa depan bangsa ini kelak, mereka adalah generasi penerus bangsa.(Era Susanti)

1 komentar:

  1. siipppPPP,,
    keren abizZ.
    pendidikan adalah hak setiap warga negara,,

    BalasHapus