Sabtu, 18 Februari 2012

Artikel Era Susanti


Menghadang Terjang Gelombang Kehidupan

“ Hidup adalah seni menyelesaikan masalah-masalah “
Di zaman yang serba kalut, serba susah dan serba tidak pasti ini, menyebabkan timbulnya berbagai problematika kehidupan. Memang yang namanya permasalahan merupakan suatu hal yang pasti dan tidak akan luput dari keseharian kita sebagai mahkluk sosial. Dimanapun, kapanpun, apapun dan dengan siapapun semuanya adalah potensi masalah. Bagaimana kita mensikapi permasalahan hidup agar tidak panik, goyah, kalut bahkan stres?
Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita hanyalah makhluk yang memiliki sangat banyak keterbatasan. Untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan kemampuan. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang yang tidak siap menerima kenyataan hidup hingga terbenam dalam penyesalan, kekecewaan, dan keluh kesah yang berkepanjangan. Orang yang stres adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental menerima kenyataan yang ada, selalu saja pikirannya tidak realistis, sibuk meyesali dan mengandai-andai dengan sesuatu yang sudah tidak ada atau tidak mungkin terjadi. Kita harus lepas dari semua itu, persiapkan diri dan mental untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Yang pasti hidup harus berlanjut, walau badai tak henti menghadang, untuk mampu menghadapi semua itu kita harus meyakini semua adalah campur tangan dari sang Maha Pencipta, tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini tanpa seizinnya. Baik berupa musibah maupun nikmat. Andai kita sadar dan meyakininya, maka kita akan memiliki bekal yang sangat kokoh untuk mengarungi dan menghadang terjang gelombang kehidupan, tidak akan pernah gentar menghadapi persoalan apapun karena sesungguhnya yang paling mengetahui struktur masalah kita sebenarnya hanyalah Allah semata.
Kemudian mulai belajar menerima semua permasalahan yang terjadi dalam kehidupan kita dengan kerelaan hari, inilah kenyataan hidup yang harus kita hadapi dengan arif pada setiap episodenya, hadapi dengan lapang dada, kepala dingin dan hati yang ikhlas, jangan selimuti diri dengan keluh-kesah yang hanya akan membutakan mata hati kita, bersikaplah pasrah dan rela menghadapi apapun yang akan terjadi dan menimpa. Namun pengertian Rela bukan berarti pasrah total sehingga tidak berbuat sesuatu. Jangan mempersulit diri sendiri, belajar untuk jujur jauh lebih baik dari pada mendramatisasi perasaan dan pikiran sendiri, semua hanya akan membuat masalah menjadi semakin besar. Selain itu evaluasi diri juga hendaknya kita lakukan, jadikan setiap masalah sarana efektif untuk mengintropeksi diri. Karena hal itu akan menguntungkan kita, jangan terjebak hanya menyalahkan orang lain, menyalahkan takdir, karena tindakan emosional seperti ini sedikit sekali memberi nilai tambah bagi kepribadian kita. Bahkan bila tidak tepat serta berlebihan, hanya akan menimbulkan kebencian dan masalah baru. Jangan takut menghadapi masalah, tapi takutlah tidak mendapat pertolongan Tuhan dalam menghadapinya, dan sadarilah bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah buah dari apa yang telah kita lakukan. So, jangan biarkan diri kita larut dan terombang ambing dalam permainannya, berbuatlah sesuatu dan mintalah pertolongan kepada Sang Penguasa Jagat Raya karna hanya beliaulah satu-satunya yang dapat membantu kita. Yakinlah apabila kita bisa menerima kenyataan itu dengan ikhlas dan sabar, semuakan baik-baik saja. Kan ada mutiara-mutiara indah bergeletakan di pantai, saat badai itu usai!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar