Pesona Rupiah Begitu Menggoda
Rupiah. Siapa yang tak kenal dengan sosok ini, kepepulerannya
menjalar keseluruh plosok negeri. Hampir semua jajaran memujanya, mulai dari
balita hingga manula, yang muda hingga yang tua, yang bodoh hingga yang pintar,
yang miskin sampai yang kaya pun pastilah matanya terbelalak (Membesar) apabila menyaksikan rupiah dan
telinganya jongang (melebar) ketika mendengar kata rupiah. Rupiah begitu
digilai di negeri ini, ada yang rela melakukan apa saja demi rupiah bahkan ada
yang sampai merelakan nyawanya demi mendapatkan rupiah. Gila..sungguh kegilaan
yang luar biasa...!!
Tapi kegilaan ini menurut saya wajar, sebab di era yang begitu kejam saat ini. Jika
kita tidak mempunyai rupiah (uang) kita tidak akan bisa lagi menikmati indahnya
Bumi Pertiwi yang selalu mencoba tersenyum menyambut kita di pagi hari kala
menghirup udaranya yang begitu segar meski hatinya tengah terluka karena ulah
kita( manusia) yang tak pernah menghargai dan mengerti dengan perasaannya. Kita
yang tak tau terimakasih. Setiap hari selalu saja menyakitinya, menguras semua
yang ada padanya tanpa batas. Hingga bumi pertiwi menangis. Kenyataan ini
sangat mengiris bathinnya(mungkin).
Kenyataan
hidup yang harus kita jalani saat ini memang menuntut kita untuk menjalani
hidup dengan keras. Kita harus berpacu melawan waktu. Susah?
Iya susah. Jujur saja. Hidup di masa sekarang terasa susahnya. Bagi yang tak
mau mengakui susah, mungkin saja memang tak merasa susah atau tak mengalami
susah. Mungkin memang biasa jika kita melakukan apa saja untuk tetap
bertahan hidup, tapi jangan sampai kelewat batas seperti yang terjadi saat ini.
Kita harus menyadari bahwa Sang Pencipta yang maha kaya dan maha pemberi takkan
pernah menyia-nyiakan hambanya. Karenanya kita jangan sampai dan jangan pernah
melakukan segala sesuatunya di ambang batas atau keluar dari karidor yang telah
ditentukan olehNYA.
Sulit
memang, jika harus berkutik di kehidupan yang sama dan mengalami penderitaan
tanpa ada kebahagiaan dan perubahan tapi kita jangan sampai melupakan kifrah
dan hakikat kita di dunia, sebagai Khalifah yang segala sesuatunya nanti di
akhirat di minta pertanggung jawaban. Lepas
dari sulitnya hidup saat ini. Saya kembali lagi pada pesona Rupiah yang begitu
menggoda. Selain alasan kejamnya kehidupan, mungkin mendapatkan puluhan, ratusan,
jutaan, milyaran rupaiah dengan instan menjadi salah satu alasan mengapa banyak
sekali kita yang memilih berjalan di jalur yang salah, keluar dari rel yang
telah ditentukan.
Di
sini saya sedikit ingin bercerita tentang apa yang saya lihat dan saksikan dengan
dua orang teman saya beberapa hari yang lalu. Waktu itu saya dan dua orang
teman saya tersebut hendak pergi ke salah satu tokoh buku besar di sini
(Padang) hendak membeli novel terbitan
baru yang cetakan pertamanya tahun 2012. dan kami pergi naik angkot. Selang
belum beberapa lama perjalanan, angkot yang kami tumpang melewati kawasan
tertib lalu lintas (lampu merah) namun sopir angkot tersebut tidak sabar, ia
menembus lampu merah yang sekitar 20 detik lagi menuju hijau. Sopir angkot
tersebut distop dan disuruh menepi
oleh Polantas yang bertugas. Dengan santai sopir angkot tersebut mengikuti apa
yang disuruh oleh polantas tersebut.
Kemudian supir angkot itu keluar
dari angkotnya membawa uang 10ribu rupiah sembari berkata” tunggu sebentar
dek...” kepada kami. Lalu sopir angkot tersebut menemui polisi yang
bertugas itu, kemudian menjabat tangan polisi tersebut sambil menyelipkan uang
10ribu rupiah yang ia bawa. Dan dengan senyuman polantas tersebut menyambut
salaman sopir angkot, sopir angkot itu kembali ke angkot. Setelah sampai di
dalam angkot sopir tersebut kembali menancap gas angkotnya sembari berkata ”sapuluah
ribu hargo saragamnyo nyo” kata sopir angkot angkuh, merasa menjadi
pemenang sambil tertawa dengan penumpang di sampingnya. Saya dan teman saya
hanya tersenyum menyaksikan kejadian itu. Sebab kami yakin, tidak semua polisi
seperti yang dikatakan sopir angkot tersebut. Polisi adalah orang yang paling
berjasa dalam menjaga keamanan dan pertahanan Negeri ini, dan mereka pulalah
yang telah berhasil menangkap para koruptor dan teroris yang meresahkan seluruh
rakyat Indonesia. Terimakasih pak polisi...
Begitu dahsyatnya kah pesona rupiah
di negeri ini? Mungkin. Pesonanya mampu mengalahkan senyum kembang desa
dengan lesung pipik di kanan kiri pipinya. Itu hanya segelintir dari sekian
banyak kasus yang membisu dan terpaku bila di hadapkan dengan yang namanya
rupiah. Rupiah memang begitu lihai menghipnotis siapa pun yang berani
melawannya. Lalu kemana menghilangnya Undang-undang yang menjadi dasar negara,
kamana pancasila? Hilang atau di sobek sang Garuda?Hmm...lucu juga negeri ku
ini. (Era Susanti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar