Sabtu, 10 Maret 2012

Kartini Di ambang Jurang


Kodrat wanita sebagai makhluk paling mulia di dunia ini tidak bisa di pungkiri, sebab dari rahimnyalah terlahir anak-anak yang hebat, di rahimnya terlahir para pemimpin, para penguasa dan ahli ilmiah serta agama. Namun wanita juga disebut sebagai makhluk yang paling misterius, karena wanitalah dunia ini menjadi ramai. Namun disatu sisi terkadang wanita kebanyakan jadi obyek semata untuk menyenangkan hati para pria. Emansipasi wanita yang kebablasan yang menyalahi norma agama dan norma budaya Indonesia justru menempatkan wanita pada posisi penderitaan.
Namun dewasa ini realita wanita tak lagi mencerminkan kodratnya, maraknya aksi pelanggaran nilai,norma dan agama yang dilakukan oleh kaum Hawa. Muncul anggapan bahwa tidak mengikuti perkembangan zaman adalah wanita kuno. Sulit sekali menemukan sosok Kartini yang dijadikan logo wanita Indonesia. Wanita yang tampil anggun dengan kebaya, berpakaian sopan, memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki darah juang yang tinggi serta peduli terhadap sesama. Sekarang tak nampak lagi pada Kartini Indonesia. Yang ada saat ini adalah wanita matrealis, berpakaian minim dengan menonjolkan lekuk tubuhnya. Ini yang disebut wanita karir, menenteng tas bermerek, sepatu hak tinggi serta rok sepaha tambah belah di belakang. Kata emansipasi telah disalah kaprahkan.
Era sudah berubah, modernisasi telah mengubah hidup dan kehidupan wanita-wanita Indonesia, telah terjamah oleh dunia pendidikan yang tinggi, kebebasan berbicara dan berkarya, menjadi pemimpin dan pengusaha. Membuat banyaknya wanita lupa akan kodratnya, menjadi panutan. Sejatinya wanitalah yang menguasai dunia ini, suatu masyarakat akan rusak bila wanitanya rusak. Di era modern dan globalisasi seperti sekarang ini sulit sekali menemukan sosok wanita yang mulia seperti kodratnya.
Lalu apa yang menyebabkan para Kartini saat ini seakan berada di ambang jurang kehancuran? Kehilangan jati diri sebagai orang yang harus diteladani, haruskah pengaruh globalisasi barat selalu dikambing hitamkan? Itu bukan alasan yang tepat, karna sesungguhnya apapun yang kita lakukan adalah murni dari hati kita sendiri, takkan ada seorangpun yang mampu merubah seseorang kecuali keinginan tulus dari dirinya sendiri. Stop tuduh menuduh, intropeksi diri dan pilah-pilihlah budaya yang hendak di tiru, cocok atau tidaknya dengan kebudayaan bangsa kita.
Wahai para Kartini muda harapan pelita bangsa, mari kembali menata diri, tak perlu takut dianggap kuno, tapi takutlah untuk melakukan hal-hal yang akan bisa merugikan terutama diri kita sendiri. Lihatlah, sederet kasus pelecehan terhadap wanita saat ini. Kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan, itu semua sebenarnya terjadi karena ulah kita sendiri. Yang memakai sesuatu yang dapat mengundang hal-hal tersebut terjadi. Mari berbenah agar kaum Hawa kembali di segani dan di hormati, menjadi sosok Kartini sejati yang mampu mengangkat derajat wanita Indonesia. Sosok anggun yang begitu di segani dan dihormati, sosok yang sangat peduli dan sadar akan kodratnya. sebaik-baiknya wanita adalah wanita tak pernah lupa akan kodratnya.
Wanita adalah pejuang, pejuang bagi masa depan keluarganya, pejuang bagi masa depan anak-anaknya dan pejuang bagi masa depan Bangsanya. Wanita adalah Tiang yang menopang atap dalam rumahnya, dan Pria adalah Atap yang melindungi dan meneduhkan keluarganya. Mari kembali bangkit Kartini, "Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan." (Era Susanti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar