Kodrat wanita sebagai makhluk paling mulia di dunia
ini tidak bisa di pungkiri, sebab dari rahimnyalah terlahir anak-anak yang
hebat, di rahimnya terlahir para pemimpin, para penguasa dan ahli ilmiah serta
agama. Namun wanita juga disebut sebagai makhluk yang paling misterius, karena wanitalah dunia ini
menjadi ramai. Namun disatu sisi terkadang wanita kebanyakan jadi obyek semata
untuk menyenangkan hati para pria. Emansipasi wanita yang kebablasan yang
menyalahi norma agama dan norma budaya Indonesia justru menempatkan wanita pada
posisi penderitaan.
Namun dewasa ini realita wanita tak lagi mencerminkan
kodratnya, maraknya aksi pelanggaran nilai,norma dan agama yang dilakukan oleh
kaum Hawa. Muncul anggapan bahwa tidak mengikuti perkembangan zaman adalah
wanita kuno. Sulit sekali menemukan sosok Kartini yang dijadikan logo wanita Indonesia.
Wanita yang tampil anggun dengan kebaya, berpakaian sopan, memiliki budi
pekerti yang luhur, memiliki darah juang yang tinggi serta peduli terhadap
sesama. Sekarang tak nampak lagi pada Kartini Indonesia. Yang ada saat ini
adalah wanita matrealis, berpakaian
minim dengan menonjolkan lekuk tubuhnya. Ini yang disebut wanita karir, menenteng tas bermerek, sepatu
hak tinggi serta rok sepaha tambah belah di belakang. Kata emansipasi telah
disalah kaprahkan.
Era sudah berubah, modernisasi
telah mengubah hidup dan kehidupan wanita-wanita Indonesia, telah terjamah oleh
dunia pendidikan yang tinggi, kebebasan berbicara dan berkarya, menjadi
pemimpin dan pengusaha. Membuat banyaknya wanita lupa akan kodratnya, menjadi
panutan. Sejatinya wanitalah yang menguasai dunia ini, suatu masyarakat akan
rusak bila wanitanya rusak. Di era modern dan globalisasi seperti sekarang ini
sulit sekali menemukan sosok wanita yang mulia seperti kodratnya.
Lalu apa yang menyebabkan para
Kartini saat ini seakan berada di ambang
jurang kehancuran? Kehilangan jati diri sebagai orang yang harus
diteladani, haruskah pengaruh globalisasi barat selalu dikambing hitamkan? Itu bukan alasan yang tepat, karna sesungguhnya
apapun yang kita lakukan adalah murni dari hati kita sendiri, takkan ada
seorangpun yang mampu merubah seseorang kecuali keinginan tulus dari dirinya
sendiri. Stop tuduh menuduh,
intropeksi diri dan pilah-pilihlah budaya yang hendak di tiru, cocok atau
tidaknya dengan kebudayaan bangsa kita.
Wahai para Kartini muda harapan
pelita bangsa, mari kembali menata diri, tak perlu takut dianggap kuno, tapi
takutlah untuk melakukan hal-hal yang akan bisa merugikan terutama diri kita
sendiri. Lihatlah, sederet kasus pelecehan terhadap wanita saat ini. Kekerasan,
pemerkosaan, pembunuhan, itu semua sebenarnya terjadi karena ulah kita sendiri.
Yang memakai sesuatu yang dapat mengundang hal-hal tersebut terjadi. Mari
berbenah agar kaum Hawa kembali di segani dan di hormati, menjadi sosok Kartini
sejati yang mampu mengangkat derajat wanita Indonesia. Sosok anggun yang begitu
di segani dan dihormati, sosok yang sangat peduli dan sadar akan kodratnya.
sebaik-baiknya wanita adalah wanita tak pernah lupa akan kodratnya.
Wanita adalah pejuang, pejuang
bagi masa depan keluarganya, pejuang bagi masa depan anak-anaknya dan pejuang
bagi masa depan Bangsanya. Wanita adalah Tiang yang menopang atap dalam
rumahnya, dan Pria adalah Atap yang melindungi dan meneduhkan keluarganya. Mari
kembali bangkit Kartini, "Lebih baik menyalakan lilin daripada
mengutuk kegelapan." (Era Susanti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar